Senin, 29 November 2010

Peninggalan Bersejarah di Sumenep


(Foto: Dok Okezone)
SUMENEP- Bagi sebagian besar warga Pulau Madura, Jawa Timur, keberadaan dari situs makam Islam Asta Tinggi, sudah tidak asing lagi.

Ya, peninggalan sejarah yang menjadi sepenggal bukti dan cikal bakal para penguasa, yang terletak di Desa Kebonagung, Kecamatan Kota Sumenep, tersebut sudah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan, baik itu untuk sekedar wisata religi atau belajar sejarah kekeuasaan para raja-raja Pulau Madura.

Asta Tinggi yang terletak dari arah barat daya kawasan kota Sumenep, sesuai dengan namanya yakni Asta yang berarti Makam dan Tinggi yang berarti terletak di tempat tertinggi. Dalam arti bebas bermakna, sebuah komplek makam yang terletak di puncak bukit paling tinggi.

Yang lebih menarik, keseluruhan orang yang dimakamkan di Asta Tinggi, merupakan para raja, baik itu yang memerintah Pulau Madura atau Sumenep. Tidak hanya terbatas pada kalangan raja, keluarga raja dan para prajurit yang punya ikatan darah dengan raja, juga dimakamkan di komplek tersebut.

Menurut keterangan Bendara Ahmad, salah satu pemerhati makam Asta Tinggi, keberadaan situs yang berdiri sekira abad ke-16 Masehi tersebut, secara geografis terletak di areal perbukitan, terjal, dan penuh dengan bebatuan. Namun, masih ada beberapa keajaiban yakni adanya banyak pepohonan yang tumbuh rindang dan memberikan rasa sejuk, khususnya bagi para peziarah.

“Selain itu, keunikan dan arsitektur Asta Tinggi juga menjadi daya tarik spiritual yang cukup tinggi dan dikenal oleh masyarakat luas,” ujarnya.

Pria yang juga penulis buku berjudul Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta Tinggi Beserta Tokoh di Dalamnya itu juga menjelaskan, bila dipandang dari jarak jauh, kemegahan dari Asta Tinggi mirip sekali dengan keraton. Dari sisi arsitektur dan hiasan yang ada, menjadi perlambang akan kejayaan kerajaan Sumenep tempo dulu.

Beberapa bagian bangunan yang masih ada, seperti pintu masuk yang ada di bagian tengah, memilik arsitektur kuat dan hampir sama dengan komplek makam yang ada di Pulau Jawa. Baik itu dari bentuk cungkup, punden dan ukiran yang ada di sekitar pintu masuk.

Belum termasuk komplek utama yang berisi makam para raja Sumenep, dari kejauhan nampak seperti masjid mewah dengan kubah yang dicat warna hijau. Arsitektur bangunan, sangat kental dengan nuansa Islam, termasuk juga mayoritas batu nisan yang dipakai.

“Asta Tinggi bukan hanya simbol kejayaan dari penguasa Sumenep terdahulu, tetapi juga sebuah komplek yang punya cita rasa seni arsitektur yang tak ternilai,” ungkap Akhmad.

Secara garis besar, komplek Makam Asta Tinggi sendiri dibagi atas dua bagian, yakni sisi barat dan timur, yang di dalamnya mempunyai beberapa perbadaan corak dan karekter yang cukup menonjol.

Untuk komplek makam sisi barat, menurut Akhmad dalam bukunya, lebih memiliki pola bangunan khas Jawa Mataram dan memiliki sebanyak tiga kubah. Di masing-masing kubah tersebut, terdapat beberapa raja yang dimakamkan, seperti Raden Ayu Mas Ireng, Pengeran Jimat dan Bendara Saud.

Sementara untuk komplek makam sisi timur, lebih memiliki pola bangunan perpaduan antara Arab, Cina, Eropa dan Jawa. Selain itu, juga lebih terbuka dan tidak ada cungkup, hanya ada beberapa makam yang lebih ditinggikan, untuk menandai kalau yang dimakamkan adalah raja. Adapun yang dimakamkan di sisi timur, antara lain Panembahan Sumolo dan Sultan Abdurrahman.

“Untuk jumlah makam yang ada, mencapai ratusan. Nah, sebagian besar yang di makamkan di Asta Tinggi adalah para raja,” tambahnya.

Keberadaan komplek Makam Asta Tinggi sendiri, tidak hanya menjadi sebuah pelajaran dan bagian sejarah yang sangat berharga. Di sisi lain, juga menjadi lahan untuk mencari nafkah bagi warga sekitar. Banyak warga yang mendirikan warung, serta berjualan keliling untuk melayani pengunjung.

Cuma, para pedagang yang ada disekitar tidak selalu memperoleh penghasilan yang maksimal, karena para pengunjung yang datang selalu musiman. Biasanya, bila malam Jum’at atau hari-hari tertentu seperti jelang bulan Ramadan dan Lebaran, pengunjung cukup padat. “Keberadaan makam ini, juga membuat ekonomi warga sekitar terbantu dengan bisa berjualan seperti ini,” tegasnya.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Olahraga, Kabupaten Sumenep, M. Nasir menyatakan bahwa komplek Makam Asta Tinggi merupakan aset, sekaligus andalan wisata dari Sumenep. Adapun jenisnya, selain termasuk dalam situs sejarah juga termasuk dalam wisata religi.

Dia juga berkomitmen untuk mengenalkan warisan leluhur tersebut, baik melalui promosi secara langsung dan tidak langsung. Paling tidak bertujuan, agar keberadaan Makam Asta Tinggi semakin dikenal masyarakat luas dan melegenda, hampir ke seluruh pelosok Nusantara.

“Komplek (Asta Tinggi) merupakan ikon pariwisata kita. Banyak makna yang terkandung di dalamnya, sehingga pantas untuk kita lestarikan dan dipromosikan,” tegasnya.(Subairi/Koran SI/ful)

Minggu, 28 November 2010

Tempat Bersejarah Sumenep

Asta Tinggi
Kami berangkat sekitar pukul 7 pagi dan sampai tujuan jam 13.00, tempat yang kami tuju langsung pemakaman Asta Tinggi. Sesuai namanya, letak tempat ini di daerah perbukitan dengan luas sekitar 2 hektar. (kalau tidak salah kali ya..dikira-kira soalnya)
Mungkin karena tempat pemakaman para raja dan keturunannya, jadi tempat yang dipilih juga harus lebih tinggi dari daerah sekitar.
Gerbang masuk
Yang juga menarik, ternyata di salah satu bagian dari komplek pemakaman ini terdapat makam Pangeran Diponegoro. Lho kok bisa ? Bukan kah makam pahlawan kemerdekaan ini terletak di Makasar ? Itu sih menurut sejarah.
Waktu 2 tahun lalu aku ke Asta Tinggi, kebetulan adik ibu mertua yang masih hidup menceritakan sedikit sejarah pemakaman ini dan menunjukan langsung letak makam Pangeran Diponegoro. Bahkan, ia bertutur kalau Mendikbud pada waktu itu, Fuad Hasan, sempat tak percaya dengan kenyataan itu dan lalu membuktikannya dengan membongkar makam tersebut termasuk melihat semua bekas peningalan Diponegoro yang ada, baru lah Fuad Hasan percaya makam tersebut benar-benar Pangeran Diponegoro. Masalahnya, Fuad Hasan tidak bisa begitu saja mengubah cerita sejarah yang sudah terlanjur tertulis di buku-buku pelaran sekolah kita. Dalam komplek pemakaman itu, selain ibu mertua juga ada makam adik, nenek dan kakek serta keluarga lain dari ibu mertua.

Makanan khas Sumenep

Kalsot merupakan makanan khas Madura. Sehingga masyarakat Sumenep sepertinya sudah kental dengan warung Pak Abi itu. Pembelinya dari semua kalangan, yakni anak-anak, remaja, masyarakat umum, pejabat. Bahkan, para tamu dari luar Madura.

Aktifitas di warung yang bersebelahan dengan sebuah dialer mobil bekas itu sangat ramai. Apalagi hari Minggu. Mereka ingin merasakan menu makanan ciri khas Madura. Sebab, di warung itu, tidak hanya menyediakan kalsot, tapi berbagai macam jenis makanan khas Madura lainnya tersedia dengan harga murah dan rasanya mantap.

Kalsot itu sendiri, terdiri dari bubur kacang hijau dengan aroma daging yang kental (soalnya ada kikilnya) serta di beri semacam apa ya namanya, itu... seperti gorengan ketela (kurkit kali, he he) di dalamnya dan dicampur dengan sedikit bawang merah dan seledri.

Mungkin untuk yang baru pertama kali mencicipi atau melihat makanan khas Madura itu, agak jijik. Tapi percaya deh, rasanya mantep banget!.

Kalau suka pedas, diberi sambel juga tambah ok! Tapi untuk makan ini jangan pernah bermimpi seperti direstoran yang bersih dan nyaman seperti di Surabaya lho. Ya... biasa namanya warung, tapi cukup nyaman untuk tempat makan seperti hari Minggu ini.

Ada lagi makanan di warung Pak Abi ini yang digemari pengunjung, Kalau di Surabaya banyak sekali kita temui Tahu Campur. Di Sumenep Tahu Campur ada di Pak Abi! Sebenarnya pak Abi ini menjual tidak hanya tahu campur saja, tapi juga bakwan dan gado-gado.

Tapi, tahu Campurnya Pak Abi ini memang khas lho! Yang membuat khas yakni ada bakso kotaknya sebagai isi dari tahu campur itu sendiri selain isi tahu campur yang lain yang biasa kita makan.

Nah... habis ngomongin makanan, kita pindah ke minuman! Kalau mau minum es teler ala Madura, tinggal pergi ke alun-alun kota. Disana bisa membeli es teler yang biasa keliling. Tapi jangan heran ya ketika membelinya. Soalnya es telernya beda dengan es teler Surabaya.

Warnanya nggak merah muda, tapi putih "soalnya pakai santan" lalu isinya juga biasa saja "maklum kan murah". Ada nangka, cincau, rumput laut, jelly, serta mirip dawet tapi warnanya merah muda, semangka dan manisan anggur.

Masalah kebersihan, jangan khawatir, dijamin halal dan nggak bikin sakit perut! Mau coba? datang aja ke Kota Sumenep yang semakin cantik

Anda tertarik... ?? Roll Eyes
SILAHKAN DATANG LANGSUNG KE SUMENEP Cheesy

Wisata Stmenep

Pantai Slopeng

       

Kecamatan : Dasuk
Desa : Sema'am
  1. Nama Jenis Potensi Wisata : Pantai Slopeng
  2. Luas Area :
  3. Sarana dan prasarana :
    • Ruang ganti baju Pria dan Wanit
    • Toilet Pria dan Wanita
    • Musholla
    • Kantin
    • Tempat duduk dipinggir Pantai
    • Taman bermain anak-anak
  4. Deskripsi Potensi Wisata :
    Pada mulanya Pantai Slopeng adalah sebuah tempat bagi para nelayan untuk mencari ikan. Namun ada sebagian pengunjung dari berbagai penjuru banyak yang berekriasi ke pantai ini terutama ketika musim liburan anak sekolah atau hari-hari besar seperti hari raya. Pada akhirnya oleh Pemkab di kelola menjadi tempat pariwisata. Memang pantai Slopeng ini memiliki keunikan tersendiri, selain tempatnya mudah di jangkau, keindahan pemandangannya yang paling utama. Pantai slopeng memiliki pegunungan pasir yang putih bersih, banyaknya pohon nyiur dan siwalan menambah sejuknya, indahnya dan damainya tempat ini sehingga pantas jika banyak orang yang melepas kepenatan dengan kesibukan sehari-hari di pantai slopeng ini.
    Sejak tahun 2002, pemerintah mulai melakukan pengembangan pantai Slopeng berupa pembangunan beberapa sarana pendukung untuk menarik minat pariwisata, seperti; Panggung hiburan, pesanggrahan, gasibu, kantor, Toilet, taman hiburan dan sebagainya. Sehingga sampai saat ini jumlah pariwisata yang berkunjung ke pantai slopeng tiap harinya kurang lebih 40 orang.
    Pantai Slopeng terletak kurang lebih 21 Km arah utara Sumenep. Akses menuju pantai Slopeng dapat ditempuh dari arah Pantai Lombang - Legung - Slopeng lewat jalan tembus yang sedang dibangun atau lewat jalur utara dengan rute Sumenep - Ambunten - Slopeng. Akses jalannya cukup bagus dan banyak tersedia jasa angkutan yang melalui pantai Slopeng.
  5. Deskripsi Pengolahan / Pengembangannya
    Untuk pengembangan pantai Slopeng, dibutuhkan lebih banyak lagi fasilitas penunjang yang harus disediakan seperti penginapan (Hotel maupun Motel), Kolam berenang serta sarana bermain yang paling banyak diminati pengunjung yaitu sarana bermain di laut seperti menyelam atau berjalan-jalan menggunakan perahu.

Budaya-Budaya di Madura (Sumenep)

Upacara Nyadar
 Upacara ritual Nyadar, merupakan acara tahunan yang digelar turun temurun oleh segenap masyarakat Desa Pinggir Papas, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Puncak acaranya digelar di Komplek Pemakaman di Desa Kebundadap yang berjarak 13 km dari Desa Pinggir Papas.
Untuk mencapai pusat acara, warga Desa Pinggir Papas harus menyeberangi sungai Saroka. Sedangkan masyarakat umum boleh menumpang kendaraan darat.
Dalam setahun, upacara ritual Nyadar digelar tiga kali. Acara Nyadar pertama digelar bulan Juli, dan seterusnya Agustus dan September. Upacara ritual ini, dilaksanakan persis pada malam bulan purnama pada tanggal 15 kalender Islam.
Acara ritual ini untuk memperingati dan mengenang tokoh pembuat garam pertama di Pulau Madura. Tokoh yang kemudian dikenal sebagai Panglima Perang Kerajaan Klungkung Bali ini bernama Anggosuto. Kedatangan Anggosuto ke daratan Madura dalam kaitan memimpin perang melawan Raja Wetan Sumenep.
Meski akhirnya meninggal dan dimakamkan di Komplek Pemakaman Kebun Dadap, jasa Anggosuto cukup besar bagi kehidupan dan penghidupan warga Desa Pinggir Papas.
Dari tangan Anggosuto inilah, diperoleh cikal bakal ketrampilan pembuatan garam kristal. Dari literatur sejarah Kabupaten Sumenep, disebutkan Anggosuto mulai mengolah garap pada tahun 1407.
Dari Desa Pinggir Papas inilah, ketrampilan mengolah garam kristal melebar dan meluas ke seantero Pulau Madura. Termasuk pengolahan garam di pulau-pulau kecil di Kabupaten Sumenep. Semisal, Pulau Giliraja dan Pulau Giligenting.
Sehari sebelum Upacara Nyadar, warga mulai sibuk dengan memotong ayam untuk sesaji dan mempersiapkan panjeng atau piring keramik berukuran besar, sebagai tempat sesajen serta menaruh berbagai perlengkapan sesaji lain.
Puncak Nyadar pun dimulai. Para sesepuh berbaju hitam membuka langkah ritual dengan melakukan ziarah ke makam Anggosuto. Dua senjata warisan sang pangeran yang berupa keris dan kodik juga ikut dikeluarkan untuk menjaga di depan pintu makam. Tak lama kemudian giliran sesepuh berbaju putih bermotif “Racok Seribu” masuk dan berdoa di makam.

Tari Muang Sangkal
Sumenep-Tari muang sangkal karya cipta taufiqurrahman, seniman asli sumenep makin diminati pelajar. Terbukti, ketika ada hajatan sekolah, sejumlah siswa membawakan tarian tersebut.
Tari muang sangkal memang sudah lama di ciptakan seniman sumenep, taufuqurrahman. Bahkan, tarian ini telah berhasil mendapat penghargaan cak durasim award beberapa tahun silam. Sehingga, tarian ini kemudian dikukuhkan sebagai salah satu tarian ciri khas kabupaten sumenep.
Menyaksikan tarian muang sangkal hati terenyuh. Sebab, gerakan dan bunyi gamelan yang mengiringi tarian ini mempunyai makna seni yang tinggi.
Tari muang sangkal dibawakan oleh empat gadis penari, dengan nampan warna keemasan. Di dalam nampan tersebut terdapat beras yang juga berwarna kuning. Diakhir tarian, empat gadis tersebut menabur  beras kuning yang ada dalam nampan. Hal itu sebagai pertanda petaka atau marabahaya yang ada didalam diri seseorang telah dibuang jauh-jauh.


Kesenian Macapat
 Macapat adalah salah satu salah satu kesenian tradisional. Seni membaca tembang yang berasal dari tanah Jawa ini juga berkembang sampai ke Pulau Madura. Namun, kini mulai terpinggirkan dan ditinggal masyarakatnya, khususnya di Madura. Mengapa?
Macapat mengandung makna dalam. Dengan mendengarnya, bisa menyejukklan hati. Apalagi jika bisa tahu maknanya, akan sangat berarti dalam kehidupan.
Namun, seiring dengan berkembangnya berbagai musik modern, saat ini seni macapat kurang digemari. Berdendang dengan dengan macapat dianggap kuno atau malah katrok.

KERAPAN SAPI
Kerapan atau karapan sapi adalah satu istilah dalam bahasa Madura yang digunakan untuk menamakan suatu perlombaan pacuan sapi. Ada dua versi mengenai asal usul nama kerapan. Versi pertama mengatakan bahwa istilah “kerapan” berasal dari kata “kerap” atau “kirap” yang artinya “berangkat dan dilepas secara bersama-sama atau berbondong-bondong”. Sedangkan, versi yang lain menyebutkan bahwa kata “kerapan” berasal dari bahasa Arab “kirabah” yang berarti “persahabatan”. Namun lepas dari kedua versi itu, dalam pengertiannya yang umum saat ini, kerapan adalah suatu atraksi lomba pacuan khusus bagi binatang sapi. Sebagai catatan, di daerah Madura khususnya di Pulau Kangean terdapat lomba pacuan serupa yang menggunakan kerbau. Pacuan kerbau ini dinamakan mamajir dan bukan kerapan kerbau.
                                                                    
Asal usul kerapan sapi juga ada beberapa versi. Versi pertama mengatakan bahwa kerapan sapi telah ada sejak abad ke-14. Waktu itu kerapan sapi digunakan untuk menyebarkan agama Islam oleh seorang kyai yang bernama Pratanu. Versi yang lain lagi mengatakan bahwa kerapan sapi diciptakan oleh Adi Poday, yaitu anak Panembahan Wlingi yang berkuasa di daerah Sapudi pada abad ke-14. Adi Poday yang lama mengembara di Madura membawa pengalamannya di bidang pertanian ke Pulau Sapudi, sehingga pertanian di pulau itu menjadi maju. Salah satu teknik untuk mempercepat penggarapan lahan pertanian yang diajarkan oleh Adi Polay adalah dengan menggunakan sapi. Lama-kelamaan, karena banyaknya para petani yang menggunakan tenaga sapi untuk menggarap sawahnya secara bersamaan, maka timbullah niat mereka untuk saling berlomba dalam menyelesaikannya. Dan, akhirnya perlombaan untuk menggarap sawah itu menjadi semacam olahraga lomba adu cepat yang disebut kerapan sapi.

Macam-macam Kerapan Sapi
Kerapan sapi yang menjadi ciri khas orang Madura ini sebenarnya terdiri dari beberapa macam, yaitu:
1. Kerap Keni (kerapan kecil)
Kerapan jenis ini pesertanya hanya diikuti oleh orang-orang yang berasal dari satu kecamatan atau kewedanaan saja. Dalam kategori ini jarak yang harus ditempuh hanya sepanjang 110 meter dan diikuti oleh sapi-sapi kecil yang belum terlatih. Sedangkan penentu kemenangannya, selain kecepatan, juga lurus atau tidaknya sapi ketika berlari. Bagi sapi-sapi yang dapat memenangkan perlombaan, dapat mengikuti kerapan yang lebih tinggi lagi yaitu kerap raja.

2. Kerap Raja (kerapan besar)
Perlombaan yang sering juga disebut kerap negara ini umumnya diadakan di ibukota kabupaten pada hari Minggu. Panjang lintasan balapnya sekitar 120 meter dan pesertanya adalah para juara kerap keni.

3. Kerap Onjangan (kerapan undangan)
Kerap onjangan adalah pacuan khusus yang para pesertanya adalah undangan dari suatu kabupaten yang menyelenggarakannya. Kerapan ini biasanya diadakan untuk memperingati hari-hari besar tertentu.

4. Kerap Karesidenen (kerapan tingkat keresidenan)
Kerapan ini adalah kerapan besar yang diikuti oleh juara-juara kerap dari empat kabupaten di Madura. Kerap karesidenan diadakan di Kota Pamekasan pada hari Minggu, yang merupakan acara puncak untuk mengakhiri musim kerapan.

5. Kerap jar-jaran (kerapan latihan)
Kerapan jar-jaran adalah kerapan yang dilakukan hanya untuk melatih sapi-sapi pacuan sebelum diturunkan pada perlombaan yang sebenarnya.

Pihak-pihak yang Terlibat dalam Permainan Kerapan Sapi
Kerapan sapi adalah salah satu jenis permainan rakyat yang banyak melibatkan berbagai pihak, yang diantaranya adalah: (1) pemilik sapi pacuan; (2) tukang tongko (orang yang bertugas mengendalikan sapi pacuan di atas kaleles); (3) tukang tambeng (orang yang menahan tali kekang sapi sebelum dilepas); (4) tukang gettak (orang yang menggertak sapi agar pada saat diberi aba-aba dapat melesat dengan cepat); (5) tukang tonja (orang yang bertugas menarik dan menuntun sapi); dan (6) tukang gubra (anggora rombongan yang bertugas bersorak-sorak untuk memberi semangat pada sapi pacuan).

Jalannya Permainan
Sebelum kerapan dimulai semua sapi-kerap diarak memasuki lapangan. Kesempatan ini selain digunakan untuk melemaskan otot-otot sapi, juga merupakan arena pamer keindahan pakaian dan hiasan dari sapi-sapi yang akan dilombakan. Setelah parade selesai, pakaian dan seluruh hiasan itu mulai dibuka. Hanya pakaian yang tidak mengganggu gerak tubuh sapi saja yang masih dibiarkan melekat.

Setelah itu, dimulailah lomba pertama untuk menentukan klasemen peserta. Seperti dalam permainan sepak bola, dalam babak ini para peserta akan mengatur strategi untuk dapat memasukkan sapi-sapi pacuannya ke dalam kelompok “papan atas” agar pada babak selanjutnya (penyisihan), dapat berlomba dengan sapi pacuan dari kelompok “papan bawah”.
Selanjutnya adalah babak penyisihan pertama, kedua, ketiga dan keempat atau babak final. Dalam babak penyisihan ini, permainan memakai sistem gugur. Dengan perkataan lain, sapi-sapi pacuan yang sudah dinyatakan kalah, tidak berhak lagi ikut dalam pertandingan babak selanjutnya. Sedangkan, bagi sapi pacuan yang dinyatakan sebagai pemenang, nantinya akan berhadapan lagi dengan pemenang dari pertandingan lainnya. Begitu seterusnya hingga tinggal satu pemain terakhir yang selalu menang dan menjadi juaranya.

Nilai budaya
Permainan kerapan sapi jika dicermati secara mendalam mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai itu adalah: kerja keras, kerja sama, persaingan, ketertiban dan sportivitas.

Nilai kerja keras tercermin dalam proses pelatihan sapi, sehingga menjadi seekor sapi pacuan yang mengagumkan (kuat dan tangkas). Untuk menjadikan seekor sapi seperti itu tentunya diperlukan kesabaran, ketekunan dan kerja keras. Tanpa itu mustahil seekor sapi aduan dapat menunjukkan kehebatannya di arena kerapan sapi.

Nilai kerja sama tercermin dalam proses permainan itu sendiri. Permainan kerapan sapi, sebagaimana telah disinggung pada bagian atas, adalah suatu kegiatan yang melibatkan berbagai pihak. Pihak-pihak itu satu dengan lainnya saling membutuhkan. Untuk itu, diperlukan kerja sama sesuai dengan kedudukan dan peranan masing-masing. Tanpa itu mustahil permainan kerapan sapi dapat terselenggara dengan baik.

Nilai persaingan tercermin dalam arena kerapan sapi. Persaingan menurut Koentjaraningrat (2003: 187) adalah usaha-usaha yang bertujuan untuk melebihi usaha orang lain dalam masyarakat. Dalam konteks ini para peserta permainan kerapan sapi berusaha sedemikian rupa agar sapi aduannya dapat berlari cepat dan mengalahkan sapi pacuan lawan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, masing-masing berusaha agar sapinya dapat melakukan hal itu sebaik-baiknya. Jadi, antarpeserta bersaing dalam hal ini.

Nilai ketertiban tercermin dalam proses permainan kerapan sapi itu sendiri. Permainan apa saja, termasuk kerapan sapi, ketertiban selalu diperlukan. Ketertiban ini tidak hanya ditunjukkan oleh para peserta, tetapi juga penonton yang mematuhi peraturan-peraturan yang dibuat. Dengan sabar para peserta menunggu giliran sapi-sapi pacuannya untuk diperlagakan. Sementara, penonton juga mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Mereka tidak membuat keonaran atau perbuatan-perbuatan yang pada gilirannya dapat mengganggu atau menggagalkan jalannya permainan.
Dan, nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada. (ali gufron)